a faint reflection  

Diposting oleh langitseharusnyabiru

Yang membuatnya bertahan hidup, katanya kepadaku, adalah cinta kami.
Ia berkata, "Kau seperti keluargaku. Hanya Kau."
Untuk beberapa saat, aku mempercayainya.
Aku akan menjadi keluarganya; orang yang dibutuhkannya pada saat-saat baik dan buruk, dan orang yang memeluknya ketika sakit.

Tapi hubungan kami seperti roller coaster.
Kadang ia pemuda paling bahagia yang pernah kukenal--tertawa, bercanda, tersenyum, dan berciuman.
Aku selalu tahu kalau ia bahagia dari matanya.
Sebening kristal, matanya tak berisi kebohongan.
Tapi jika ia sedang sedih, matanya lebih menyerupai abu-abu.
Pada hari-hari sedih itu, ia tidak bercanda.
Dan ketika ia sedang sakit hati, yang ia tahu hanyalah melampiaskan sakit hatinya kepada mereka yang tak layak mendapatkannya.
Ia mengucapkan hal-hal yang diketahuinya kejam, dan minta maaf keesokan harinya.
Lingkaran itu tak pernah berakhir--kekejamannya, permintaan maafnya.
Tapi aku tahu mengapa.

Meski mencintainya, aku tidak dapat menghapus rasa sakitnya.
Sekarang, cintaku hanya menimbulkan rasa sakit.
Jauh di lubuk hatiku, aku tahu situasi ini tidak sehat bagi kami berdua.
Aku tak sanggup lagi mempertahankan hubungan kami.

Aku sadar bahwa bahkan cinta yang sempurna sekalipun tidak bisa melindungi seseorang dari dirinya sendiri.
Dan,
kadang, hal terbaik yang bisa kaulakukan untuk seseorang yang kau cintai adalah melepaskannya.....






taken from Chicken Soup for the Teenage Soul 3,,
edited by me...

^^

This entry was posted on 08.06 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

1 komentar

Anonim  

kenapa dalam cinta, kata perpisahan adalah kata-kata yang paling tajam dan menyesakkan